Jakarta (pilar.id) – Generasi Z (lahir 1997-2012) kini menjadi pusat perhatian dengan proporsi mencapai 34,74 persen dari seluruh usia produktif di Indonesia, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS). Total usia produktif di Indonesia mencapai 192,67 juta jiwa.
Keberadaan Gen Z di dunia kerja membuat pemahaman atas karakteristik dan preferensi mereka menjadi krusial. Untuk menggali hal ini, Jangkara Data Lab dan Jakpat melakukan riset bertajuk “Mengungkap Preferensi Karir Gen Z”.
Riset ini menjaring dan menganalisis percakapan publik serta opini Gen Z melalui dua metode. Pertama, monitoring media sosial X (Twitter) oleh Jangkara dengan mesin big data Socindex selama periode 1 April-31 Mei 2024. Kedua, survei online yang dilakukan Jakpat melalui platform digital pada 1-3 Juni 2024, melibatkan 1.185 responden Gen Z berusia antara 16-29 tahun yang sudah bekerja. Kombinasi ini menghasilkan riset yang komprehensif.
Gaji Jadi Pertimbangan Utama
Hasil survei mengungkap bahwa besaran gaji adalah pertimbangan utama dalam mencari pekerjaan, dengan 65 persen responden memilihnya. Sebanyak 48 persen responden memperhatikan waktu kerja yang fleksibel, 45 persen menginginkan pengembangan karir yang jelas, dan 44 persen menginginkan lingkungan kerja yang suportif.
Gen Z tidak tertarik dengan jam kerja tradisional dan keharusan bekerja dari kantor (work from office/WFO), dengan hanya 8 persen responden yang tertarik WFO.
Ekspektasi Gaji Rp 5-10 Juta
Ekspektasi gaji Gen Z beragam, namun mayoritas (40 persen) mengharapkan gaji antara Rp 5-10 juta. Sebanyak 31 persen memilih gaji antara Rp 1-5 juta, 15 persen mengharapkan gaji Rp 10-20 juta, dan 14 persen mengharapkan lebih dari Rp 20 juta. Sebanyak 33 persen responden menyatakan realisasi gaji mereka berada di angka moderat dari ekspektasi yang diharapkan.
Percakapan di media sosial X mengungkap hal serupa, dengan tiga dari lima topik percakapan teratas berkaitan dengan gaji. Sebanyak 2.939 percakapan terkait keluhan pekerja yang menerima gaji di bawah upah minimum regional (UMR).
Pentingnya Work Life Balance
Meskipun mencari pekerjaan sulit, 95 persen responden menganggap work life balance penting. Sebanyak 69 persen menyatakan keseimbangan ini penting untuk meningkatkan kemampuan diri, 67 persen untuk menjaga kesehatan mental, dan 55 persen untuk menjaga kesehatan fisik.
Namun, 5 persen responden menganggap work life balance tidak penting, dengan alasan sulitnya mendapat pekerjaan dan kekhawatiran kehilangan peluang kerja.
Preferensi Kerja Remote
Perhatian terhadap work life balance mendorong Gen Z mencari pekerjaan dengan fleksibilitas tinggi, seperti work from anywhere (WFA). Selama periode 1 April-31 Mei 2024, terdapat 14.515 percakapan terkait pekerjaan di X. Preferensi WFA muncul 4.247 kali dan work from home (WFH) disebut 1.235 kali.
Topik lain yang sering dibahas adalah persyaratan batas usia pelamar kerja yang dianggap tidak relevan. Gen Z kesulitan mencari pekerjaan dengan persyaratan pengalaman kerja tetapi dengan batas usia tertentu.
Ketertarikan Bekerja di Luar Negeri
Sebanyak 85 persen responden menganggap sulit mencari pekerjaan ideal di Indonesia. Hal ini mendorong 74 persen responden tertarik bekerja ke luar negeri, meski baru 4 persen yang mengajukan lamaran ke luar negeri. (hdl)