Surabaya (pilar.id) – Satu dari sepuluh penduduk Indonesia tidak menyadari bahwa mereka terjangkit hepatitis B, penyakit yang memiliki risiko tinggi termasuk kematian akibat penanganan yang terlambat.
Menanggapi hal ini, Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (UNAIR) menggelar pengabdian masyarakat bertema “Pembekalan Pra Analitik, Analitik dan Pasca Analitik Pemeriksaan Hepatitis B” di Gedung Pertemuan Lantai 2, Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung pada Sabtu (15/6/2024).
Ketua Departemen Patologi Klinik FK UNAIR, Dr. Yetty Hernaningsih, dr., SpPK(K), menyampaikan tujuan pengabdian ini adalah memberikan edukasi dan pelatihan kepada masyarakat terkait hepatitis B.
“Kami hadir di Tulungagung untuk memberikan edukasi tentang hepatitis B. Dengan ini, kami berupaya agar masyarakat memiliki pengetahuan untuk melakukan screening atau surveillance hepatitis B serta menurunkan morbiditas dan mortalitas penyakit ini,” ujarnya.
Risiko Penularan Hepatitis B
Dalam kesempatan tersebut, Yulia Nadar Indrasari, dr., SpPK, menyampaikan bahwa hepatitis B memiliki risiko penularan yang tinggi melalui hubungan darah ibu dan anak, transfusi darah, dan hubungan seksual tidak aman. “Ibu hamil yang terpapar hepatitis B berisiko menularkan kepada bayi, membahayakan kesehatan ibu dan bayi. Skrining ini penting untuk mencegah hal yang tidak diinginkan,” jelas Yulia.
Tenaga kesehatan juga memiliki risiko tinggi tertular hepatitis B karena sering melakukan kontak langsung dengan pengidap. Penularan dapat terjadi melalui luka terbuka atau darah yang terpapar cairan tubuh pengidap. “Selain skrining dini, pemberian vaksin sangat penting untuk meminimalisir risiko penularan. Tenaga kesehatan harus memiliki proteksi diri sebagai garda terdepan pencegahan penyakit,” tambah Yulia.
Gejala Umum Hepatitis B
Yulia memaparkan bahwa gejala umum hepatitis B meliputi perubahan warna urin menjadi lebih gelap, kelelahan, sakit perut, dan penurunan signifikan nafsu makan. Jika mengalami gejala ini, segera lakukan pemeriksaan lanjutan. “Pengidap hepatitis B biasanya juga mengalami nyeri pada persendian dan perubahan warna kulit (penyakit kuning/jaundice). Gejala ini harus segera ditangani agar tidak berkembang menjadi kronis,” tegasnya.
Lebih dari 6 bulan, pengidap hepatitis B dapat mengalami demam tinggi, kehilangan nafsu makan, artralgia, dan ruam kulit. Yulia berharap masyarakat Tulungagung memahami penyakit hepatitis B sehingga angka kasus dapat menurun signifikan. “Langkah kami tidak hanya fokus di Tulungagung, namun juga berupaya mengeliminasi hepatitis B pada tahun 2030 mendatang,” harapnya. (ret/hdl)